Kamis, 18 Desember 2008

Balada Kisah Uang 1.000 dan 100.000



Konon, uang seribu dan seratus ribu memiliki asal-usul yang sama tapi
mengalami nasib yang berbeda. Keduanya sama-sama dicetak di PERURI
dengan
bahan dan alat-alat yang oke. Pertama kali keluar dari PERURI, uang
seribu dan
seratus ribu sama-sama bagus, berkilau, bersih, harum dan menarik.
Namun
tiga bulan setelah keluar dari PERURI, uang seribu dan seratus ribu
bertemu
kembali di dompet seseorang dalam kondisi yang berbeda. Uang seratus
ribu berkata
pada uang seribu :"Ya, ampiiiuunnnn. .......... darimana saja kamu,
kawan? Baru
tiga bulan kita berpisah, koq kamu udah lusuh banget? Kumal, kotor,
lecet dan......
bau! Padahal waktu kita sama-sama keluar dari PERURI, kita sama-sama
keren
kan ..... Ada dapa denganmu?"
Uang seribu menatap uang seratus ribu yang masih keren dengan perasaan
nelangsa. Sambil mengenang perjalanannya, uang seribu berkata :
"Ya, beginilah nasibku , kawan. Sejak kita keluar dari PERURI, hanya
tiga
hari saya berada di dompet yang bersih dan bagus. Hari berikutnya saya
sudah pindah ke dompet tukang sayur yang kumal. Dari dompet tukang
sayur,
saya beralih ke kantong plastik tukang ayam. Plastiknya basah, penuh
dengan
darah dan taik ayam. Besoknya lagi, aku dilempar ke plastik seorang
pengamen,
dari pengamen sebentar aku nyaman di laci tukang warteg. Dari laci
tukang warteg
saya berpindah ke kantong tukang nasi uduk, dari sana saya hijrah ke
'baluang' (pren : tau kan baluang...?) Inang-inang. Begitulah
perjalananku dari hari ke hari. Itu makanya saya bau, kumal, lusuh,
karena
sering dilipat-lipat, digulung-gulung, diremas-remas. ......"

Uang seratus ribu mendengarkan dengan prihatin.:
"Wah, sedih sekali perjalananmu, kawan! Berbeda sekali dengan
pengalamanku. Kalau aku ya, sejak kita keluar dari PERURI itu, aku
disimpan
di dompet kulit yang bagus dan harum. Setelah itu aku pindah ke dompet
seorang wanita cantik. Hmmm... dompetnya harum sekali. Setelah dari
sana , aku lalu
berpindah-pindah, kadang-kadang aku ada di hotel berbintang 5, masuk
ke
restoran mewah, ke showroom mobil mewah, di tempat arisan Ibu-ibu
pejabat,
dan di tas selebritis. Pokoknya aku selalu berada di tempat yang
bagus. Jarang deh
aku di tempat yang kamu ceritakan itu. Dan...... aku jarang lho ketemu
sama
teman-temanmu. "

Uang seribu terdiam sejenak. Dia menarik nafas lega, katanya :
"Ya. Nasib kita memang berbeda. Kamu selalu berada di tempat yang
nyaman.
Tapi ada satu hal yang selalu membuat saya senang dan bangga daripada
kamu!" "Apa itu?" uang seratus ribu penasaran.
"Aku sering bertemu teman-temanku di kotak-kotak amal di mesjid atau
di
tempat-tempat ibadah lain.
Hampir setiap minggu aku mampir di tempat-tempat itu. Jarang banget
tuh aku
melihat kamu disana....."